Selasa, 23 Februari 2010













(dari kiri-kanan)
Foto Dewan Pengasuh: R.H. Abdullah Hanani, Ketua IMABU (Ikatan Mahasiswa Bustanul Ulum) Mlokorejo : Achmad Zahrani, Ketua Pengurus PPBU : Ust. Syaifur Rijal dan Ketua AKSI (Ajang Kreasi dan Seni santri) : Hilmi Hakiki ketika memberikan sambutan pada acara pemberian hadiah dalam lomba menyambut bulan maulid dan liburan santri

Maulidurrasul....

Dalam lembaran sejarah dikatakan,acara maulid Nabi SAW ini muncul pertama kali di dunia Islam pada abad keenam hijri.Pertama kali diadakan di kota Maushil,Iraq,oleh seorang ulama shufi bernama Abu Hafs Mu'inuddin Umar bin Muhammad bin Khadlir al-Irbili al-Maushili,yang dikenal dengan sebutan al-Malla'.Ia dikenal sebagai seorang sholeh,zahid dan alim.Ia juga disegani oleh penguasa Maushil pada waktu itu,yaitu al-Malik al-'Adil Nuruddin Mahmud bin Zanki.Al-'Adil memerintahkan bawahannya agar tidak mengeluarkan keputusan sebelum mendapat restu dari al-Malla'.

Menurut Sibth Ibn al-Jauzi,ia disebut al-Malla',(dari kata mala'a yang bermakna mengisi),karena ia bekerja sebagai pengisi perapian batu bata,yang dari upahnya itu ia penuhi kebutuhan sehari-harinya.Al-Malla' wafat pada tahun 570 H.

Dari kalangan penguasa,yang pertama kali mengadakan acara maulid adalah penguasa Irbil,al-Malik al-Muzhaffar Abu Sa'id al-Kaukabri bin Zainuddin Abu al-Hasan Ali Kujak bin Buktikin bin Muhammad.Lahir tahun 549 H.Seorang raja yang dikenal pemberani,cerdik dan adil.
Pernah pada suatu perayaan maulid,al-Muzhaffar menyiapkan lima ribu kepala kambing bakar,sepuluh ribu ayam,seratus ribu roti,seratus ribu mangkok makanan dan tiga puluh ribu piring makanan ringan (snack).Pada acara ini biasanya dihadiri tokoh-tokoh ulama dan kalangan sufi.Lalu ia memberikan hadiah kepada mereka.Setiap tahunnya ia mengeluarkan dana tiga ratus ribu dinar.

Meski demikian ia sosok yang sederhana,istrinya Rabi'ah Khatun binti Ayyub,saudari Sultan Shalahuddin al-Ayyubi menuturkan,bahwa baju yang biasa dipakainya terbuat dari kain kasar seharga tidak lebih dari lima dirham.Ketika ia ditegur mengenai masalah ini.Ia menjawab,"Bagiku memakai baju seharga lima dirham dan kusedekahkan sisa-sisa uangku lebih baik daripada memakai baju yang sangat mahal dan kubiarkan fakir miskin kekurangan".

Acara maulid yang diadakan al-Muzhaffar ini mendapat sambutan baik dari kalangan ulama.Tak kurang dari al-Hafizh Abu Syamah al-Dimasyqi yang masih gurunya al-Nawawi,dan Syeikh Abu al-Khaththab bin Dihyah.Untuk yang kedua,Ibnu Dihyah,telah menulis buku berjudul al-Tanwir fi Maulidi al-Basyir al-Nadzir (yang merupakan buku maulid pertama,jauh sebelum al-Barzanji dll ada,seperti yang kita kenal sekarang).Yang pada akhirnya maulid tersebar keseluruh negeri-negeri muslim.Al-Muzhaffar wafat pada tahun 630 H.
(Subul al-Huda wa al-Rasyad,juz 1/,Wafayat al-A'yan,6/113).

Bahkan al-Imam al-Waliyy al-'Arif Muhammad bin 'Abbad ra,ketika ditanyakan tentang hukum menyalakan lilin pada acara maulid Nabi,beliau berfatwa,bahwa maulid Nabi termasuk hari raya kaum muslimin,mereka boleh mengekspresikan suka citanya dengan menyalakan lilin,menyenangkan pandangan mata,merekreasikan pendengaran dan pandangan,berhias diri dengan baju-baju baru dan mengendarai kendaraan yang mewah.Kesemuanya ini menurut beliau behukum mubah yang tak perlu diinkari.(al-Tahdzir min al-Ihgtirar,83).


Sebenarnya,menurut al-Suyuthi,acara utama maulid Nabi adalah perkumpulan banyak orang,disertai bacaan sedikit ayat-ayat al-Qur'an,penyampaian kisah-kisah kelahiran Nabi SAW,termasuk tanda-tanda yang terjadi sewaktu kelahirannya.Diteruskan dengan suguhan makanan dan kemudian selesai.
Nah,khusus acara yang ketiga,yaitu penyampaian kisah-kisah kelahiran Nabi SAW,dari segi pendidikan,pengaruhnya besar sekali.

Salah satu metode yang digunakan oleh Allah SWT dalam al-Quran dalam rangka pemantapan mental para rasul-Nya,selalu disampaikan kisah-kisah para nabi dan rasul-rasul terdahulu.Yang semakin memperkuat mental rasul yang diutus-Nya,sehingga ia akan bersikap sabar,tabah,tegar dan bijaksana dalam menghadapi segala tantangan dalam dakwahnya.


Al-Imam al-Ghazali,dalam al-Ihya',menyampaikan konsep-konsep tasawufnya,mengikuti metode ini.Mula-mula beliau men-tashawwur-kannya.Lalu menawarkan dalil-dalil dari al-Qur'an,lalu dari as-Sunnah.Dan kemudian kisah-kisah ulama salaf.

Penyampaian kisah-kisah seperti ini sangat berpengaruh sekali dalam pendidikan.Orang yang mendengar suatu teori,mungkin kurang percaya atau merasa kurang mampu untuk mencobanya.Tetapi setelah mendengar kisah orang lain yang pernah melakukannya,akan membentuk suatu keinginan dalam dirinya untuk turut mencobanya dan bahwa hal itu masih dalam batas-batas kodratinya.

Persoalannya sekarang adalah,apakah acara-acara maulid kita dikampung telah berfungsi menyampaikan pesan-pesan pendidikan dari sejarah Nabi? Atau sekedar dilantunkan syair-syair diba'iyah saja tanpa menyampaikan pesan-pesan dan maknanya? Naif sekali kalau begitu.
Wallahul musta'an.